Sore itu, cerah. Aku membawa 2 pak roti tawar dan beberapa
jajan lainnya. Tak lupa kotak berisi irisan jeruk manis siap makan. Turun dari
mobil, bergegas aku menuju ke arah asrama. Hari ini hari minggu, aku
mengunjungi adek-adekku yang ada di pondok. Jarang-jarang aku bisa meluangkan
waktu di akhir pekan. Karena waktu jenguk pondok hanya di akhir pekan dan memang
kegiatan kampus juga kebanyakan ada di akhir pekan. Kunjunganku kali ini
sekaligus untuk menemani ayah. Umi sedang ada ujian di kampus. Yaah, hitung-hitung sebagai bentuk tanda sayang.
Aku baru saja sampai ke serambinya, salah satu anak
mendekatiku “kakaknya Disa sama Tasnim ya? aku panggilkan anaknya sebentar ya
kak”
“Oh iya. Terimakasih ya.” aku terkenal juga disini rupanya. Belum
bilang apa-apa sudah ada saja yang tau maksudku. Hehe.
Tak lama kemudian, dua adikku datang. Ayah juga sudah
kembali dari shalat ashar. Kami bercengkrama di sebelah perpustakaan pondok. Kubuka
bawaanku.
“Ini roti tawarnya satu-satu ya. yang ini dibagi. Jeruk sama
wafernya dibuka disini aja ya, Cuma satu soalnya” yah, sepertinya aku sudah ada
jiwa emak-emak sedikit lah.
“kak, tau ngga.” Ujar adikku –Tasnim-
“hmm”
“kemarin aku tuh lihat bungkusnya roti tawar ini di tempat
sampahnya temenku. Dalam hati bilang pengen, eh sekarang kakak bawain”
“Wah, iya? Alhamdulillah. Ini umi lo tadi yang ngingetin
kita buat beliin roti tawar” ayahku menjawab sambil membuka grupchat kami,
menunjukkan kalau umi yang minta kami belikan untuk adek-adek.
“Kemarin juga, aku pengen kuaci. Padahal ngga bilang, eh pas
umi kesini bawa kuaci”
“Umi juga sering kayak gitu. Pengen tas, dikado tas. Pengen rak
sepatu, ada tetangga yang bikinin. Pengen jas hujan, dikasih sama bu kepala
sekolah. Bahkan kemarin mau daftar haji, tiba-tiba ada aja yang kasih dananya. Padahal
ngga pernah minta sama orang-orang itu. Ya dibatin aja. Mintanya sama Allah”
Iya, begitulah cerita singkat di sore itu.
Umi sering banget wanti-wanti ke aku. Hati-hati dengan
kata-kata bahkan meskipun dalam hati. Allah itu tau apa yang tersirat dan
tersurat. Iya kalau pas kita bicara yang baik-baik, kalau pas ngga baik? Heu. Selalu
berprasangka baik sama Allah itu penting. Berdoa dengan sungguh-sungguh itu
juga penting. Kita ngga tau mana yang akan Allah kabulkan. Percayalah, Allah
selalu punya jawaban terbaik bagi doa-doa kita. Kita harus optimis ketika
berdoa. Dikabulkan segera, ditunda, atau diganti dengan yang lebih baik adalah
sebagian dari skenario indah-Nya.
Umi sama ayah juga menjadikan kepercayaan sebagai bentuk
doa. Dari kecil aku sudah dibiarkan naik angkot sendiri. Kelas 2 SD aku sudah
bisa pulang sekolah sendiri yang ketika itu jaraknya sekitar 5 km. oper angkot
1x dan kondisi jalanan ramai di tengah-tengah kota. Pengalaman paling jelek
adalah ketemu orang gila. Hihi. Umi cerita, karena membiarkan aku naik angkot
sendiri, umi pernah dimarahi uti. Kata umi “dititipkan sama Allah”.
Belum lagi aku yang sejak SMP sudah dilepas mondok jauh ke Jogja. Dijenguk bahkan Cuma setahun sekali, dengan 2x perpulangan. Itupun pulang juga naik kereta sendiri. Alhamdulillah, pengalaman paling diingat adalah pinjem hp-nya orang yang habis jumatan (sebagai garansi kalo habis jumatan insyaallah orang baik wkwk) karena harus dijemput padahal ngga bawa alat komunikasi apa-apa (udah bukan jamannya wartel juga).
Sampai sekarang, kalau aku ijin pulang kemalaman, atau agenda di luar kebiasaan, umi juga ngga pesen yang neko-neko. Cuma berpesan "fii amanillah". Heu, soswit kan...
Belum lagi aku yang sejak SMP sudah dilepas mondok jauh ke Jogja. Dijenguk bahkan Cuma setahun sekali, dengan 2x perpulangan. Itupun pulang juga naik kereta sendiri. Alhamdulillah, pengalaman paling diingat adalah pinjem hp-nya orang yang habis jumatan (sebagai garansi kalo habis jumatan insyaallah orang baik wkwk) karena harus dijemput padahal ngga bawa alat komunikasi apa-apa (udah bukan jamannya wartel juga).
Sampai sekarang, kalau aku ijin pulang kemalaman, atau agenda di luar kebiasaan, umi juga ngga pesen yang neko-neko. Cuma berpesan "fii amanillah". Heu, soswit kan...
Pesennya umi, sering-sering berdoa sama Allah. Apapun, minta
sama Allah. hati-hati kalau bicara. Sering-sering jernihkan hati dan luruskan
niat. Syukur dan sabar jangan lupa.
Oiya, satu hal yang aku
wanti-wanti ke umi
Mi, besok-besok hati-hati
ya kalau mbatin
Misal ada cowok,
ganteng, sholeh dibatin
Kalau jadi menantu gimana?
Eaaaa…. Wkwkwk.
040719
Komentar
Posting Komentar