Langsung ke konten utama

Kata, Doa, dan Percaya

Image result for roti tawar

Sore itu, cerah. Aku membawa 2 pak roti tawar dan beberapa jajan lainnya. Tak lupa kotak berisi irisan jeruk manis siap makan. Turun dari mobil, bergegas aku menuju ke arah asrama. Hari ini hari minggu, aku mengunjungi adek-adekku yang ada di pondok. Jarang-jarang aku bisa meluangkan waktu di akhir pekan. Karena waktu jenguk pondok hanya di akhir pekan dan memang kegiatan kampus juga kebanyakan ada di akhir pekan. Kunjunganku kali ini sekaligus untuk menemani ayah. Umi sedang ada ujian di kampus. Yaah, hitung-hitung sebagai bentuk tanda sayang.

Aku baru saja sampai ke serambinya, salah satu anak mendekatiku “kakaknya Disa sama Tasnim ya? aku panggilkan anaknya sebentar ya kak”

“Oh iya. Terimakasih ya.” aku terkenal juga disini rupanya. Belum bilang apa-apa sudah ada saja yang tau maksudku. Hehe. 

Tak lama kemudian, dua adikku datang. Ayah juga sudah kembali dari shalat ashar. Kami bercengkrama di sebelah perpustakaan pondok. Kubuka bawaanku.

“Ini roti tawarnya satu-satu ya. yang ini dibagi. Jeruk sama wafernya dibuka disini aja ya, Cuma satu soalnya” yah, sepertinya aku sudah ada jiwa emak-emak sedikit lah.

“kak, tau ngga.” Ujar adikku –Tasnim- 

“hmm”

“kemarin aku tuh lihat bungkusnya roti tawar ini di tempat sampahnya temenku. Dalam hati bilang pengen, eh sekarang kakak bawain”

“Wah, iya? Alhamdulillah. Ini umi lo tadi yang ngingetin kita buat beliin roti tawar” ayahku menjawab sambil membuka grupchat kami, menunjukkan kalau umi yang minta kami belikan untuk adek-adek.

“Kemarin juga, aku pengen kuaci. Padahal ngga bilang, eh pas umi kesini bawa kuaci”

“Umi juga sering kayak gitu. Pengen tas, dikado tas. Pengen rak sepatu, ada tetangga yang bikinin. Pengen jas hujan, dikasih sama bu kepala sekolah. Bahkan kemarin mau daftar haji, tiba-tiba ada aja yang kasih dananya. Padahal ngga pernah minta sama orang-orang itu. Ya dibatin aja. Mintanya sama Allah”

Iya, begitulah cerita singkat di sore itu. 

Umi sering banget wanti-wanti ke aku. Hati-hati dengan kata-kata bahkan meskipun dalam hati. Allah itu tau apa yang tersirat dan tersurat. Iya kalau pas kita bicara yang baik-baik, kalau pas ngga baik? Heu. Selalu berprasangka baik sama Allah itu penting. Berdoa dengan sungguh-sungguh itu juga penting. Kita ngga tau mana yang akan Allah kabulkan. Percayalah, Allah selalu punya jawaban terbaik bagi doa-doa kita. Kita harus optimis ketika berdoa. Dikabulkan segera, ditunda, atau diganti dengan yang lebih baik adalah sebagian dari skenario indah-Nya. 

Umi sama ayah juga menjadikan kepercayaan sebagai bentuk doa. Dari kecil aku sudah dibiarkan naik angkot sendiri. Kelas 2 SD aku sudah bisa pulang sekolah sendiri yang ketika itu jaraknya sekitar 5 km. oper angkot 1x dan kondisi jalanan ramai di tengah-tengah kota. Pengalaman paling jelek adalah ketemu orang gila. Hihi. Umi cerita, karena membiarkan aku naik angkot sendiri, umi pernah dimarahi uti. Kata umi “dititipkan sama Allah”.

Belum lagi aku yang sejak SMP sudah dilepas mondok jauh ke Jogja. Dijenguk bahkan Cuma setahun sekali, dengan 2x perpulangan. Itupun pulang juga naik kereta sendiri. Alhamdulillah, pengalaman paling diingat adalah pinjem hp-nya orang yang habis jumatan (sebagai garansi kalo habis jumatan insyaallah orang baik wkwk) karena harus dijemput padahal ngga bawa alat komunikasi apa-apa (udah bukan jamannya wartel juga).

Sampai sekarang, kalau aku ijin pulang kemalaman, atau agenda di luar kebiasaan, umi juga ngga pesen yang neko-neko. Cuma berpesan "fii amanillah". Heu, soswit kan...

Pesennya umi, sering-sering berdoa sama Allah. Apapun, minta sama Allah. hati-hati kalau bicara. Sering-sering jernihkan hati dan luruskan niat. Syukur dan sabar jangan lupa.

Oiya, satu hal yang aku wanti-wanti ke umi
Mi, besok-besok hati-hati ya kalau mbatin
Misal ada cowok, ganteng, sholeh dibatin
Kalau jadi menantu gimana?
Eaaaa…. Wkwkwk.

040719

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selagi muda, belajar!

Jadi, aku mau cerita, Pada suatu hari (ehem)…  Aku, seorang mahasiswi usia 22 tahun. Yang insomnia kalau sudah masuk usia kritis finansial. Kebetulan hari itu kena musibah, rantai motor yang romantis menemaniku setiap hari akhirnya memutuskan hubungan rantainya. Alhasil, malem itu aku harus nelpon umi, minta tolong dijemput dan motor malang itu terpaksa harus kutitipkan di sebuah kantor bisnis coaching. Sambil nunggu dijemput, aku membaca sebuah selebaran. Dalam waktu dekat akan ada pelatihan bisnis. Sepertinya aku sudah mulai butuh untuk upgrade diri ke arah sana. Akhirnya, malam itu diakhiri dengan batinan yang ternyata didengar Allah sebagai doa. Iya, doa 1 bulan setelahnya, mendekati waktu training bisnis, ayah tiba-tiba bilang. “kak, daftar ke coaching bisnis ya” “ehiya? Yang mana?” dan ditunjukkanlah brosur persis seperti yang aku lihat malam itu. Setelah sedikit berdiskusi. Bismillah, insyaallah berangkat.  Setelah hari H, ada sedikit miskom deng...

Don't Break the Chain

Ada suatu waktu dimana kita terinspirasi akan suatu hal, berusaha berubah setelahnya. Satu-dua hari tekat itu berhasil. Hari setelahnya, kita lupa lalu berkurang-berkurang, sampai kita semakin pesimis   akan tekat kita di awal. Kembalilah kita di kebiasaan sebelumnya. Akhirnya terbentuklah siklus males- terinspirasi- lupa- pesimis- males lagi (Hiyaa). Istiqomah ada kaitannya dengan habit. Habit, maknanya sebuah kebiasaan. Seseorang akan terbentuk sesuai kebiasaannya. Membentuk sebuah kebiasaan itu ngga gampang gais. Ada lika-liku yang harus ditempuh. Kalau kata pak Rhenald Kasali dalam bukunya self driving , ada peran mielin (atau simpelnya ingatan dalam tubuh kita) ketika kita membentuk sebuah kebiasaan. Jalur syaraf yang semakin sering digunakan dan distimulus membuat mielin pada syaraf tersebut menebal. Di awalnya kita akan memaksa-maksakan diri untuk membiasakan hal baru. Butuh repetisi dan keteguhan hati. Don’t break the chain . Setelah lewat 21 hari, ia akan ...

Dosis Terapi

Kamu punya target harian tilawah ngga? Aku punya. Simpel sih. 1 juz per-hari. Kalau aku berhasil menuntaskan itu, rasanya hal itu jadi terapi buat mood ku selama seharian. Kalau aku baca di awal hari, aku bakal ngerasa seharian itu lebih yakin dan tenang. Kalau aku baca di akhir hari, aku bakal banyak banget merefleksi hari itu. Yang buruk biar jadi pembelajaran, yang baik untuk dipertahankan. Aku menyebut 1 juz sehari sebagai dosis terapi. Karena (versiku) dibawah itu belum berhasil jadi terapi buat jiwaku yang gampang bet goyah ini hehe. Untuk sampai ke kebiasaan 1 juz itu gampang ngga sih? Sejujurnya ngga. Butuh menangkal beribu pemakluman atas diri sendiri yang super manja. Ketika aku marah-marah sama diriku sendiri, aku bilang “ kuncinya Cuma satu, kamu mau berubah atau ngga?”. Dan harus bener-bener galak sama diri sendiri. Heu Ada saatnya juga, dimana kita udah baca, sampe ditengah-tengah nih malah capek ngos-ngosan. Habis itu malah ngitung jumlah halaman yang...