Beberapa jam lalu, di meja kami yang penuh camilan dan masing-masing dengan segelas susu.
"aku bingung..."
Suasana riuh, tapi di meja ini kami saling terdiam. Agaknya sibuk dengan fikiran masing-masing. Mengkode-kode satu sama lain dengan pesan lelah yang sama. Yang kami tau, raga ini lelah. Tapi tidak dengan jiwa kami.
"mit, entah mengapa kita selalu diuji dengan hal yang menjadi titik kelemahan kita. Allah itu pengen kita tidak terus menerus memanjakan diri dengan menjustifikasi kelemahan yang kita punya"
"maksudnya?" aku menimpali
"contohnya, ini ceritaku asli ya. Aku itu terlalu ambisius dalam memperjuangkan suatu hal. Allah memberiku pelajaran dengan berkali-kali ikut suatu lomba, tapi gagal. Sampai pimnas pun, aku masukkan 3 judul dan ternyata ngga ada satupun yang lolos pendanaan. Ternyata aku sadar, dibalik semua kegagalanku itu Allah punya rencana yang lebih indah. Allah loloskan aku di sebuah lomba yang tidak pernah aku sangka, dan itulah hadiah terindah yang pernah aku terima. Bukan sebuah medali, tapi umroh ke baitullah yang mulia. Disitu titik dimana aku bisa menurunkan standar ambisiku yang dulu gaada batasnya."
"aku juga mit" seru seseorang di sebelah kananku lalu menyeruput susu di gelasnya. Sejenak kami menunggu. Aku bersiap menyimak.
"aku itu orang paling sombong di kelas waktu SMA. gak tanggung-tanggung ey. Dalam 6 taun aku ngga pernah turun dari peringkat 2 besar. Tapi di perkuliahan ini, gatau kenapa bahkan IPK-ku ngga pernah diatas 3. Rupanya, Allah mau menyampaikan pesan tersirat. Kamu sepinter apapun, tetep Allah punya kuasa. Ini cara Allah menghapuskan sedikit demi sedikit rasa sombong di hati aku mit. Yaaa meskipun sekarang IPK-ku naik sih. Tau berapa?"
"berapa?" ujarku
"3,01" dan meja kami pun riuh sejenak oleh tawa.
"oke oke. Terus apa yang kamu bingungkan sekarang mit?"
Suasana hening sejenak. Aku membiarkannya.
"ah, ngga papa. Sebenarnya aku orang yang mudah sekali kebingungan menghadapi suatu masalah. Mungkin masalah ini adalah cara Allah sedang mencintai hamba-Nya"
Kami tersenyum.
"aku bingung..."
Suasana riuh, tapi di meja ini kami saling terdiam. Agaknya sibuk dengan fikiran masing-masing. Mengkode-kode satu sama lain dengan pesan lelah yang sama. Yang kami tau, raga ini lelah. Tapi tidak dengan jiwa kami.
"mit, entah mengapa kita selalu diuji dengan hal yang menjadi titik kelemahan kita. Allah itu pengen kita tidak terus menerus memanjakan diri dengan menjustifikasi kelemahan yang kita punya"
"maksudnya?" aku menimpali
"contohnya, ini ceritaku asli ya. Aku itu terlalu ambisius dalam memperjuangkan suatu hal. Allah memberiku pelajaran dengan berkali-kali ikut suatu lomba, tapi gagal. Sampai pimnas pun, aku masukkan 3 judul dan ternyata ngga ada satupun yang lolos pendanaan. Ternyata aku sadar, dibalik semua kegagalanku itu Allah punya rencana yang lebih indah. Allah loloskan aku di sebuah lomba yang tidak pernah aku sangka, dan itulah hadiah terindah yang pernah aku terima. Bukan sebuah medali, tapi umroh ke baitullah yang mulia. Disitu titik dimana aku bisa menurunkan standar ambisiku yang dulu gaada batasnya."
"aku juga mit" seru seseorang di sebelah kananku lalu menyeruput susu di gelasnya. Sejenak kami menunggu. Aku bersiap menyimak.
"aku itu orang paling sombong di kelas waktu SMA. gak tanggung-tanggung ey. Dalam 6 taun aku ngga pernah turun dari peringkat 2 besar. Tapi di perkuliahan ini, gatau kenapa bahkan IPK-ku ngga pernah diatas 3. Rupanya, Allah mau menyampaikan pesan tersirat. Kamu sepinter apapun, tetep Allah punya kuasa. Ini cara Allah menghapuskan sedikit demi sedikit rasa sombong di hati aku mit. Yaaa meskipun sekarang IPK-ku naik sih. Tau berapa?"
"berapa?" ujarku
"3,01" dan meja kami pun riuh sejenak oleh tawa.
"oke oke. Terus apa yang kamu bingungkan sekarang mit?"
Suasana hening sejenak. Aku membiarkannya.
"ah, ngga papa. Sebenarnya aku orang yang mudah sekali kebingungan menghadapi suatu masalah. Mungkin masalah ini adalah cara Allah sedang mencintai hamba-Nya"
Kami tersenyum.
Komentar
Posting Komentar