Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

TV di Rumah Kami

TV bukan menjadi hal yang asing bagi keluarga kami. Umi tidak pernah melarang aku dan adek-adek menonton TV. Seingatku, TV juga tidak pernah diboikot di rumah kami. Memang, TV banyak juga efek buruknya. Tapi, ada satu sisi menarik yang aku suka perhatikan dari pola nonton TV di rumah kami. Entah dari umur berapa, anak-anak umi sudah bisa memilih tontonan sendiri. seingatku, aku tidak pernah menggemari satu sinetron pun di TV. Apalagi sampai menunggu-nunggu seri demi serinya yang panjangnya ngalah-ngalahi jumlah tekel di rumah. Dari kecil, umi memahamkan bawa acara-acara itu bukan untuk anak umi. Umi tidak pernah melarang.   satu-dua kali umi membiarkan kami melihatnya hingga selesai. Setelah itu, umi pasti Tanya “coba, tadi ceritanya gimana? Boleh ngga kita meniru kayak gitu? Ada manfaatnya ngga tontonannya? Kalau kayak gitu, pantes ngga kita nonton?” setelah berbagai jawaban dan pengertian, rasanya kami malu sendiri kalau ketahuan menonton acara itu lagi. Tidak hanya sinet...

Kayak Gitu yang Namanya Bercanda?

Dalam lika-liku pertemanan, selalu ada terselip candaan-candaan. Candaan memang tidak seharusnya terlontarkan, tapi terkadang kita tidak bisa selalu kaku dalam berteman. Candaan yang menyinggung, butuh dimaafkan. Candaan yang renyah, butuh ditertawakan. Itu kalau kita lihat dari sudut pandang diri kita sebagai objek. Sebgai subjek, jangan disamaratakan. Tidak semua tawa dan diamnya teman kita berarti keadaan hatinya baik-baik saja. Ada beberapa candaan yang sejujurnya aku paksakan tertawa ketika mendengarnya. Bukan karena tersinggung, tapi karena aku takut tergelincir ke tempat yang tidak seharusnya. Izinkan aku menuliskannya, karena bisa jadi bukan hanya aku yang tidak suka. Yang pertama, aku terpaksa tertawa ketika ada yang menjodoh-jodohkan. Pernah dengar ungkapan witing tresna jalaran kulina? Adanya cinta karena terbiasa. Masalah hati. Candaan dengan repetisi yang berkali-kali bisa jadi doktrin tersendiri. Sedikit cerita, aku pernah terlalu dekat dengan seseorang hanya k...

Cita-Citaku

Bicara soal masa anak-anak, pasti kita selalu dijarkan untuk membuat cita-cita. Dan kalo kita ingat lagi, rasanya dulu cita-cita kita suka berubah-ubah. Tergantung mood, pengetahuan, atau buah fikir lainnya. Aku pun begitu. Waktu aku kecil, aku punya cita-cita untuk menjadi dokter. Karena apa ya? Aku lupa. Seingatku, aku Cuma menganggap kalau profesi itu keren. Cukup. Soal dedikasi, profesi ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Lama kelamaan, ketika sedikit dewasa, aku mulai paham bahwa profesi dokter bukan profesi yang mudah dicapai. Butuh perjuangan, bahkan hanya untuk masuk ke pendidikannya. Bukan hanya itu, uang yang harus disediakan pun tidak sedikit. Tak sampai hati rasanya untuk memaksakan   cita-cita ini ke umi yaya. Ah, lagipula nilaiku juga pas-pasan. Kalau memang masih mau nekat, mungkin dokter gigi saja. Masa SMP-SMA adalah masa pencarian. Berbagai profesi aku perhatikan. Aku sempat ingin jadi politisi. Salah satu hobiku ketika di pondok adalah baca Koran di pap...

Mampu?

Dulu berulang kali aku menangis karena beban ekspektasi. Entah berapakali aku merasa, apa yang diamanahkan kepadaku bukan benar-benar apa yang aku kuasai. Mereka menganggapku bisa. Mereka menganggapku luar biasa. Dan akhirnya mereka menyadari bahwa aku hanya layaknya mahasiswa biasa. Bukan seorang yang layak dijadikan ujung tombak. Diandalkan di bagian tengah. Hanya sebagai pencair suasana. Dengan lingkungan yang seperti itu, aku bertanya. Seharusnya aku ada dimana? Beberapa kali aku mempertanyakan. kenapa semuanya terasa tidak maksimal. Sepertinya memang aku yang salah. Amanah yang ada belum bisa aku optimalkan hingga mencapai kebermanfaatan yang paripurna. Aku tidak dibiarkan berhenti begitu saja. 2018, amanah yang lebih besar Allah berikan sebagai pelajaran. Sejujurnya, sampai hari ini aku belum bisa mencerna, apa yang Allah hikmahkan dibalik ini semua? Kalau aku diijinkan untuk protes, mungkin aku bisa bilang bahwa ini bukan bidang yang aku suka, bukan bidang yang aku bisa. D...