TV bukan menjadi hal yang asing bagi keluarga kami. Umi tidak pernah melarang aku dan adek-adek menonton TV. Seingatku, TV juga tidak pernah diboikot di rumah kami. Memang, TV banyak juga efek buruknya. Tapi, ada satu sisi menarik yang aku suka perhatikan dari pola nonton TV di rumah kami. Entah dari umur berapa, anak-anak umi sudah bisa memilih tontonan sendiri. seingatku, aku tidak pernah menggemari satu sinetron pun di TV. Apalagi sampai menunggu-nunggu seri demi serinya yang panjangnya ngalah-ngalahi jumlah tekel di rumah. Dari kecil, umi memahamkan bawa acara-acara itu bukan untuk anak umi. Umi tidak pernah melarang. satu-dua kali umi membiarkan kami melihatnya hingga selesai. Setelah itu, umi pasti Tanya “coba, tadi ceritanya gimana? Boleh ngga kita meniru kayak gitu? Ada manfaatnya ngga tontonannya? Kalau kayak gitu, pantes ngga kita nonton?” setelah berbagai jawaban dan pengertian, rasanya kami malu sendiri kalau ketahuan menonton acara itu lagi. Tidak hanya sinet...
Siapa yang akan mencatatkan kisah sejarahmu, jika tidak dimulai dari tanganmu?