Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Narasi Hidup

Suatu hari di suatu tempat, aku diminta menuliskan sebuah narasi hidup. Apa alasan aku hidup? Aku mau berbuat apa sepanjang hidup? Sejenak aku terdiam. Apa ya… hm. Dengan berbagai kejadian yang perlu banyak disyukuri ini (jurusan yang sedikit ngga sesuai karena aku suka teorinya tapi ngga srek sama praktiknya, ditambah menjelang detik terakhir malah jadi wapres), aku sebenernya jadi sedikit bingung menentukan arah hidup. Tujuan hidup utama, sebenernya udah jelas sih. Ngga ada lain, ngga bukan, cuma untuk ibadah sama Allah. Inna Shalatii wa nusukii wa mahyaaya lillahi rabbil ‘alamiin. Tapi bos, aku mau punya ibadah sosial yang kayak gimana? Apa sih peran yang mau aku ambil di dunia ini? Apa ya.. hm. Teringat beberapa tahun lalu, waktu aku bingung milih jurusan kuliah. (aku ceritain lagi nih. Kebanyakan drama emanag Wkwk (baca judul lain: cita-citaku)). Aku sebenernya sempat punya satu prinsip sih. Sejauh apapun aku pergi, serumit apapun profesiku nanti, aku tetap haru...

Antara Musa dan Harun

Terkisah dua sosok nabi yang berjuang di satu masa. Diturunkan di tengah masyarakat Bani Israil yang piawai berkelit dan berkeluh kesah. Melawan tirani Firaun yang keji dengan pasukan penyihir sakti mandraguna. Musa, sesosok bayi yang lolos dari genosida karena skenario Sang Maha. Diangkat anak oleh sosok paling keji di dunia sekaligus wanita yang disebut paling mulia. Kini bertarung dengan Ayah angkatnya. Allah katakan, serulah dengan qaulan layyinan. Lidahnya yang cedal menjadi kekurangan yang sangat menggengu dalam misinya menyeru pada agama. Betapa berat cobaannya, pengikutnya tak seberapa. Ia pinta Harun, saudaranya untuk menemani langkah perjuangan. Untuk apa? Bukan untuk mengurangi bebannya, melainkan sebagai partner untuk senantiasa mengingat tuhan-Nya. Iya, bukan sebagai tempat berkeluh kesah, menimpakan beban, atau bahkan untuk disalah-salahkan. Dalam kehidupan berorganisasi, tak jarang kita menemukan partner-partner dalam hidup. Beberapa cocok dan bisa bekerja ...

Balasan Tulisan: Mba Uci Putri Maulida, Kau Melukis Aku

Hari ini, aku iseng. Nuliskan nama di kolom pencarian. Kamu pernah gitu juga kan? Wkwk. biasanya aku nulis salsabila yasmin dan muncul banyak orang dengan nama yang sama. Baru hari ini aku nyoba nulis alsa yasmin. Ngga nyangka, muncullah satu tulisan dari satu blog punya kakak tingkatku. Judulnya, [Adikku sudah besar: Si cantik Alsa Yasmin]. Karena penasaran, aku klik lah.  Mbak, sejujurnya mbak berlebihan. Aku ngga cantik kok. Wkwk. apalagi isi tulisannya. Masyaallah. Sejujurnya yang aku jalani selama di perkuliahan bukanlah hal yang aku minta. Berulang kali aku mengeluh. Ngga terhitung berapa kali juga aku menangis. Gitu emang ya manusia. Sukanya ngga bersyukur. heu. Sejujurnya ada banyak momen yang aku sia-siakan. Dibalik semua kekaguman mbak yang semu, aku lebih kagum lagi dengan mbak yang entah berapa kali aku jadikan objek ngambek. Dicuekin, bahkan mba uci adalah salah satu kakak senior yang berani aku marahin. Wkwk. tapi mbak ngga pernah balik marah ke aku. Sab...